Hari Minggu Pra paskah II
Kej.15:5-12,17-18;
Flp 3:17-14:1;
Injil Luk 9:28-36
Oleh Rm. Kristo Soge, Pr
Di hadapan murid-Nya: Petrus, Yohanes dan Yakobus, Yesus menampakkan kemuliaan di atas gunung Tabor. Yesus berubah rupa menjadi sosok yang begitu mulia, lebih dahsyat dari pada Musa dan Elia. Situasi ini benar-benar membuat para murid-Nya terlena, Ada peralihan yang sangat bermakna yakni: “Peralihan dari suasana padang gurun penuh pencobaan, penuh keheningan dan kekerasan hidup saat Yesus berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, ke atas gunung tempat tenang, tempat damai, tempat doa, tempat Tuhan hadir dalam kemuliaan.
Mereka tidak mau beranjak dari tempat yang sangat membuai itu; “Guru, betapa bahagianya kami di tempat ini”. Saking bahagianya, sampai muncul dalam pikiran mereka niat mendirikan kemah untuk Yesus, Musa dan Elia. Tujuannya agar:
- Supaya lebih lama mengalami suasana itu.
- Untuk apa cepat-cepat turun, jika nantinya lebih banyak menghadapi suasana padang gurun, penuh ancaman dan permusuhan. Bertemu dan melihat berbagai tindakan kekerasan, menyaksikan sikap tidak adil terhadap orang yang kecil dan tak berdaya, menghadapi rencana-rencana jahat tehadap Yesus, yang dianggap pengganggu kenyamanan penguasa.
Peristiwa perubahan rupa atau transfigurasi Yesus membawa suatu keadaan yang sangat membahagiakan. Namun Yesus justeru mengingatkan para murid-Nya untuk:
- Berani keluar dari situasi yang nyaman itu.
- Mereka diajak turun gunung dan berhadapan lagi dengan situasi kongkret sehari-hari, yang penuh dengan kesulitan, tantangan serta derita.
- Yesus justeru mengingatkan bahwa keadaan mulia mensyaratkan salib dan penderitaan. Keadaan mulia, sukses dan nyaman tidak diperoleh dengan mudah. Orang harus lebih giat bekerja keras, harus memikul salib, menderita dan bahkan mati.
- Yang pasti bahwa: Kemah tidak boleh didirikan, berarti setelah itu mereka langsung turun gunung. Ya, mereka harus turun, karena tempat yang nantinya memuliakan Putera manusia bukan Tabor, melainkan puncak Golgotha: Kemuliaan yang akan direbut melalui penderitaan Salib, untuk menguduskan dan menebus kita.
Kita seringkali tergoda untuk mencari sukses dengan instan. Bahkan kita takut pada penderitaan, karenanya kita sering kali menghindari salib dan derita. Jika demikian, jangan harap kita akan bisa mendapatkan kecemerlangan dan kemuliaan seperti yang dialami Yesus.
- Penderitaana dan Kematian adalah bagian dari hidup manusia, siapapun dia tidak dapat menolaknya. Dalam injil hari ini, Yesus mengatakan bahwa: kejayaan hanya dapat diraih melalui penderitaan, kebangkitan hanya dapat dialami lewat kematian. Yesus sadar penuh bahwa hal itu akan dialami-Nya, maka Ia mempersiapkan hati para murid-Nya agar ketika saatnya tiba, mereka sanggup menghadapi hari-hari kelabu itu dengan penuh iman.
- Pengalaman Tabor harus dapat membesarkan hati kita bahwa penderitaan dan kematian hanyalah jalan yang mutlak dilalui untuk mencapai kemuliaan kebangkitan.
- Maka derita dan kematian harus diterima dengan kepala tegak dan jiwa besar.
- Sama seperti Allah menguatkan putera-Nya di gunung Tabor, Ia juga akan mnguatkan dan menghibur kita di tengah kegelapan hidup ini, yang pada akhirnya membangkitkan kita bersama putera-Nya untuk mengalami sinar Surgawi seperti silaunya wajah Yesu di puncak Tabor itu.
Kemuliaan dan kebahagiaan di gunung Tabor sesungguhnya juga mau menyadarkan kita bahwa kebahagiaan sempurna dalam hidup ini adalah anugerah atau rahmat Allah itu sendiri. Kita bahagia jika kita tinggal dalam Allah. Itu berarti:
- Konsep kebahagiaan sejati tidak terletak dalam kekayaan dan kemakmuran, tidak dalam ketenaran, kekuasan atau jabatan, tetapi hanya di dalam Allah, sumber kasih dan segala yang baik.
- Manusia bahagia hanya bila ia tinggal bersama dan dengan Allah, ia tinggal dekat dengan Allah. Inilah yang dialami Petrus dan kawannya di atas gunung Tabor. Mereka merasa bahagia karena berada bersama Tuhan, mengalami langsung kemuliaan Tuhan.
Masa Pra paskah: masa ret-ret Agung; kesempatan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesa,a. Bangun komitmen untuk selalu ada bersama dengan Tuhan.
Syarat ada bersama Tuhan;
- Memiliki iman, harap yang teguh akan kuasa dan kehendak Allah:
- Kita belajar pada pengalaman Abraham. (Saat ia membuktikan imannya dengan rela mengurbankan Isak anak tunggalnya. Ini model militansi atau ketangguhan iman, yang harus menjadi prinsip iman kita. Apapun ujian atau cobaan yang kita hadapi, iman kita tak boleh goyah. Iman kitayang militant, akan membuat kita sanggup tetap tangguh berdiri: di saat kita kagum, senang, setia (seperti ketiga murid) melihat wajah Yesus di Tabor (wajah mulia), tetapi tetap setia dan tidak berpaling muka, memandang wajah Yesus di Golgota. Wajah penuh bilur derita, wajah tanpa daya, wajah penuh kehinaan)
- Kita harus menintai SALIB KRISTUS
Paulus dalam bacaan tadi mengingatkan kita untuk tidak boleh menjadi orang yang musuh Salib Kristus
- Tidak boleh memusuhi Kristus; sebagaimana Kristus adalah kebenaran, cinta kasih dan kebijaksanaan Allah itu sendiri, maka kita pun harus mencintai kebenaran, cinta kasih dan kebijaksanaan dalam hidup kita sehari-hari.
- Tidak boleh memusuhi Salib Kristus : itu berarti kita tidak boleh menjauhi diri dari semangat kesetiaan dan rasa tanggungjawab yang memiliki Kristus dalam tugas dan panggilan kita,
- Ingatlah: Musuh Kristus: Kesudahan mereka adalah Kebinasaan. Tuhan mereka adalah perut, Kemuliaan mereka adalah hal-halaib, pikiranmereka adalah hal-hal duniawi, harta, kuasa, dan jabatan.
- Selalu memiliki senjata iman yang ampuh yakni:
- Firman Tuhan, Rosario, merayakan Ekaristi.
- Gerakan PERTOBATAN dengan menjalankan TIGA KEBAJIKAN Kristiani: Sedekah – berdoa- Berpuasa selama masa Prapaskah. Selanjutnya Yesus mengingatkan kita untuk tidak melakukannya seperti ORANG MUNAFIK.
- Tanda pertobatan kita dalam hal sedekah/Beramal
- Adalah kesempatan berahmat untuk membagi anugerah.
- Memberi dari apa yang kita miliki: waktu, bakat, pengetahuan,kemampuan, dll (terlibat aktif dalam gereja dan tatanan dunia)
- Memberi sedakah dalam hal rohaniaaaaaaa; mengampuni, mengasihi, berkurban, dan saling mendoakan.
- Murah hati untuk memberikan derma, iuran, aksi, persembahan dan sebagainya dalam kehidupan menggereja.
- Tanda Pertobatan Dalam hal Berdoa:
- Berdoa adalah kewajiban setiap penganut agama. Doa adalah bagian pokok dari iman kita.
- Tingkatkan semangat doa dan baca Kitab Suci (Ibadat KBG, devosi-devosi dan Ekaristi).
- Berpartisipasi aktif dalam Ekaristi/liturgi.
- Aktif dalam masa Pra Paskah: pANTANG Jalan Salib, katorde, Ibadat KBG, terlibat di koor, dll)
- Tanda Pertobatan dalam hal BERPUASA / PANTANG:
- Pantang dan Puasa itu merupakan bagian dari praktek penyangkalan diri yang bertujuan untuk membantu umat beriman, hidup lebih dekat dengan Tuhan yaitu melalui DISIPLIN TUBUH dan JIWA. Semacam efisiensi anggaran untukkebutuhan /kepentingan diri, dan diperuntukan untuk kepentingan bersama (Gereja atau sesame)
- Usaha Pengendalian diri
- Beri Waktu untuk MENDENGARKAN TUHAN:
Inilah Putera-Ku Yang Aku pilih, Dengarkanlah Dia”
Pengalaman Petrus, Yohanes dan Yakobus:
Pengalaman berada di PUNCAK. Puncak kesuksesan, keberhasilan.
Oleh karena itu, Tidak boleh lupa diri dan jangan ingat diri.
DENGAR TUHAN: Belajar dan hidup dalam kebenaran Allah (Jujur dan memperjuangkan kebenaran), siap melayani orang-orang kecil, pembawa damai bagi semua orang, pelindung, pemersatu bukan menabur benih-benih perpecahan.
<Komsos Paroki SFS Pada_keuskupan Larantuka)